Headlines News :
Home » » Satu Tambah Satu Sama dengan Tiga

Satu Tambah Satu Sama dengan Tiga

Written By Unknown on Senin, 30 Juni 2014 | 05.32

Nono Anwar Makarim. Foto: makarim.com
Suva, -- Hentakan sepatu memecah keheningan di Sabtu pagi. Perlahan, lelaki berambut uban, bertubuh gumpal, bercelana jeans, arloji terlilit di tangannya itu tiba.

"Siapa bilang satu tambah satu sama dengan dua. Satu tambah satu sama dengan tiga," katanya.

Tercengang sejenak seisi ruang yang dipenuhi 20 seniman muda kawasan Timur Indonesia: West Papua, Nusa Tenggara Timur, Ternate, Lombok dan Maluku, beberapa bulan lalu di Studio Hanafi, Depok.

Dia Nono Anwar Makarim, di usianya yang renta, tak satu pun terselip rambut hitam, dari mulutnya terucap kata, "Saya selalu merasa kekurangan," katanya mengawali sesi materi Mengenal Potensi Diri dengan Membaca."
Nono, di setiap detik hidupnya selalu saja merasa kekurangan, kekurangan dan kekurangan. Rasa kekurangan itu diisi dengan membaca. 

Kata Nono, "Kalau membaca ya, mesti baca yang baik dan buruk juga." Sebab, baginya baca sama saja dengan sekolah, melalui baca, pengetahuan kita semakin luas. Membaca itu sekolah.

Hasil dari merasa kekurangan terus menerus pasti akan melahirkan sesuatu yang kita ciptakan sendiri.

"Kalau satu tambah satu dua melulu, bagaimana bisa berkembang, hitunglah dengan ukuran kacamatamu," tuturnya mengumpamakan cara pandang kita.

Nono berpesan, entah apa profesinya, seniman, kurator, pemain sepakbola, kantoran, arsitek dan lain sebagainya, ide selalu ada dan ide itu harus terus menerus dipertajam dengan terus berlatih, membaca dan menulis.

"Jangan sampai kepintaran justu membuat tinggi hati." Ia mencontohkan, seorang seniman terkadang merasa diri pencipta, bertinggi hati yang terjadi terus menerus, entah kapan, dirinya pasti bakalan mengalami yang namanya mandek (stag). (Alfonsa Wayap/MS) 

Source : majalahselangkah.com   
Bagikan Postingan Ini :

Posting Komentar

 
Copyright © 2014. MEE YAGAMO YEIMO - FREE WEST PAPUA